Bengkayang – Tim Investigasi AI.TV [5/11/2025]
Suasana santai namun sarat makna terasa saat tim investigasi AI.TV mewawancarai salah satu pengusaha asal Bengkayang, Edison — yang akrab disapa Akong. Dalam perbincangan tersebut, Akong menyuarakan pandangannya soal ketimpangan arah kebijakan pertanian nasional, khususnya dalam program penanaman jagung dan subsidi pemerintah yang dinilainya belum menyentuh akar persoalan petani kecil.
Menurut Akong, tanaman jagung sejatinya bisa menjadi solusi nyata bagi masyarakat pedesaan untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi keluarga.
“Kalau jagung sebenarnya tanaman yang sangat menunjang. Masyarakat bisa membuka lapangan kerja di lahan sendiri. Prosesnya cepat, empat bulan sudah bisa menghasilkan,” ujarnya.
Namun, Akong menyoroti lemahnya peran pemerintah dalam mendukung petani secara merata. Ia menilai bantuan yang diberikan sering tidak tepat sasaran, dan justru banyak masyarakat kecil yang tertinggal.
“Kasih bibit jangan asal-asal. Kalau mau bantu, ya sekalian kasih pupuk dan racun. Enggak perlu seluruh rakyat dikasih, tapi yang benar-benar susah. Misalnya satu kampung ada 50 KK, bantu dulu 15 KK yang paling butuh,” sarannya.
Lebih lanjut, Akong menilai program penyerapan jagung oleh Bulog yang melibatkan aparat justru kurang berpihak pada petani.
“Sekarang Polri dikejar-kejar untuk isi jagung ke Bulog seharga Rp6.400, lalu dijual ke peternak Rp5.500. Artinya subsidi sekitar seribu rupiah itu justru menguntungkan peternak — yang notabene sudah hidup berkecukupan,” jelasnya.
“Kalau begitu, kapan rakyat kecil bisa keluar dari kemiskinan?” tambahnya dengan nada kecewa.
Akong juga menyinggung ketimpangan serupa pada komoditas lain seperti bawang. Ia menilai pemerintah harus hadir menjaga stabilitas harga saat panen melimpah, bukan membiarkan hasil petani dibuang karena anjloknya harga.
“Kadang bawang dibuang ke jalan karena murah. Harusnya pemerintah hadir, tampung hasil panen itu. Tapi kalau programnya justru bikin petani patah semangat, siapa yang mau lanjut?” katanya.
Meski menyayangkan arah kebijakan, Akong tetap memberikan pesan positif untuk masyarakat Bengkayang dan petani di daerah lainnya.
“Masyarakat harus giat. Kalau ada lahan kosong, tanam apa saja. Jangan cuma nunggu bantuan pemerintah. Kalau semua bergantung pada bansos, bangsa kita ini akan susah maju,” pesannya.
“Harusnya pemerintah juga lebih celi, lihat langsung siapa yang benar-benar perlu dibantu. Jangan orang yang sudah berharta ditolong,” tegasnya.
Wawancara ditutup dengan harapan sederhana dari Akong — bahwa ke depan, program pertanian benar-benar berpihak pada petani kecil, bukan sekadar menjadi kebijakan yang berhenti di atas kertas.
Tim Investigasi AI.TV

